Selasa, 19 April 2011

Awas Palitik Uang Pilkada Bisa Diulang

Tidak sedikit kasus Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang diulang. Hal itu disebabkan permainan kotor yang dilakukan para pasangan calon yang maju. Karana kuatnya ambisi yang ada untuk menjadi pemimpin, membuat mereka gelap mata. Sehingga, suara rakyat dibeli untuk memuluskan ambisinya.

Tanpa disadari, ‘bau bangkai politik Busuk’ itu cepat atau lambat tercium. Hingga akhirnya para pasangan calon yang kalah merasa memiliki kesempatan untuk menggugat. Bahkan dari celah terkacil sekalipun. Hingga akhira Pilkada harus diulang kembali.

Tentunya hal seperti demikian tidak harus terjadi pada Pilkada Aceh kelak. Terutama di Kabupaten Nagan Raya. Karena itu pula, para pasangan yang nantinya akan maju sadar dan paham. Sehingga tidak bertindak curang dengan melakukan ‘Politik Busuk’.

Sehingga, proses Pilkada berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tidak harus diulang karana akan mengeluarkan dana yang lebih besar, yang tentunya percuma. Memang, Politik uang kelihatannya saat ini sudah seperti menjadi tren sendiri. Sehingga di tanah air, tidak sedikit dijumpai kasus main curang pada pilkada.

=Mengambil Keuntungan
Para pasangan bakal calon sendiri, dalam hal ini juga harus mampu bertindak bijak. Tidak perlu ditanya kenapa. Sebab, tidak sedikit pula dari kalangan masyarkat yang memenfaatkan moment pesta demokrasi demi kepentingan pribadi.

Sebab, dengan iming-imingi dapat memberikan bantuan suara, para bakal calon biasanya tidak segan-segan jika harus merogoh kocek lebih dalam. Fenomena seperti ini sudah sangat umum dilakukan dibelahan bumi pertiwi.

Karena itu, dalam pesta demokrasi yang tidak lama lagi akan dilakukan di tanah serambi. Masyarakat maupun para pasangan yang bakal maju dalam pesta demokrasi harus mampu bertindak bijak. Sebagai mana yang menjadi keinginan masyarakat di Kabupaten ini.

Karena para Tim Sukses (TS) yang ada dan bahkan sampai lapisan paling bawah selakipun, tidak sedikit dari mereka yang memiliki misi tertentu. Yakni mengambil keuntungan pribadi. Bukan mensukseskan salah satu pasangan calon.

=Pecahan Rupiah
Ada juga motif lain, katakanlah salah seorang yang awalnya mendukung salah satu pasangan calon berpindah kelain hati atau pasangan calon lain ketika dirasa aliran dana sudah tidak lagi lancar. Atau tidak lagi memiliki celah atau alasan yang tepat untuk menarik aliran dana.

Hal seperti demikian tentunya sangat tidak mencerminkan tingkah atau prilaku seorang warga yang memiliki moral baik. Demikian juga sebaliknya, para pasangan calon, jika sejak awal pencalonannya saja sudah melakukan tindakan curang, bagai mana jika terpilih dan harus memimpin.

Tentu, karena itu kita selaku masyarakat yang bijak dan tidak ingin dikatakan bodoh harus mampu mengambil sikap tepat. Jangan sampai suara kita terbandrol pecahan rupaih.

Sementara itu, perlu pula kita ketahui. Pemimpin yang tepat, adalah orang yang tidak bertindak curang. Sebab, masyarakat bijak pasti tahu kriteria bagai mana yang akan memimpin Nagan Raya.

*Catatan Didit Arjuna*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar