Senin, 18 Juli 2011

‘Duduk Dibesi Kursiroda Terbalut Tali’

Sahfitri Butuh Bantuan Kursiroda

Catatan Didit Arjuna

Dengan tertatih Sahfitri, tetap berangkat mengaji. Hanya itu yang dapat dilakukanya. Sedang untuk bersekolah seperti anak-anak seusianya umumnya. Sahfitri tidak dapat melakukan itu dengan kondisi lumpuh yang dideritanya sejak lahir.
“Anak saya Sahfitri memang tidak sekolah seperti anak-anak yang lain. Itu karena keterbatasan fisiknya sejak lahir,” terang ayah Sahfitri pekan lalu.
Katika ditemui dirumahnya Desa Kayee Unoe Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya, Sahfitri hanya dapat duduk diatas kursiroda yang sebenarnya sudah tidak layak untuk digunakan, sambil menatap anak lain seusianya bermain.
Namun, karena ketiadaan orang taunya, Sahfitri tidak menuntut banyak. Kelihatannya ia memahami betul tentang perekonomian orang tuanya yang pas-pasan.
“Sebenarnya kursiroda itu memang sudah tidak layak untuk digunakan. Tapi saya belum ada uang untuk menggantinya dengan yang baru,” ungkap ayah Sahfitri seadanya.
Bahkan, kursiroda yang saat ini digunakan gadis 14 tahun itu kondisinya memang sudah cukup memperihatinkan. Tepat dibagian sisi kanan bagian depan kursiroda yang sehari-menjadi temannya itu terlihat sudah dipenuhi balutan tali.
Namun, gadis itu tetap sabar duduk diatasnya, karena belum ada pengganti, seperti yang selama ini menjadi keinginannya, serta keinginan orang tuanya. Kepasrahan terpancar dari wajah ayah tiga orang anak itu. demikian juga Sahfitri yang lebih banyak manatap keluar rumah .
Ketiadaan membuat dirinya begitu bersalah. Namun, kenyataan tetap saja fakta yang tidak dapat ditentang. Gadis manis itu tetap sabar menjalani hidupnya dan hari-harinya.
“Sahfitri memang sudah begitu sejak lahir, kakinya tidak bertenaga untuk digerakkan. Sehingga ia harus mengguanakan kursiroda,” ungkap Harianto.
Diceritakannya, sebenarnya Sahfitri dapat berjalan kendati perlahan. Namun hal itu dapat dilakukannya jika ia memegang kursiroda yang dimajukannya perlahan-lahan.
Harianto mengaku, dirinya sangat mengharapkan uluran tangan dari pemerintah. Sebab, selama ini dia merasa bantuan sama sekali tidak ada.
“Kursiroda yang saat ini digunakan dan kondisinya sudah rusak, itu bantuan dari NGO pasca Tsunami,” katanya.
Diceritakannya pula, tidak sedikiat uang yang sudah dihabiskannya untuk kesembuhan anak kedua dari tiga orang bersaudara itu. terlebih-lebih saat usia Sahfitri dia tahun. “Tidak sedikit uang yang sudah dihabiskan untuk biaya perobatan. Saat ini saya sudah tidak lagi memeiliki uang untuk biaya perobatan,” keluhnya.
Diketahui, saat ini dirinya sedang melakukan upaya untuk meminta bantuan kepada pemerintah Kabupaten Nagan Raya. Ia berharap, dengan surat permohonan yang telah dibuatnya itu nantinya pemeintah mau memberikan bantuan kursiroda yang selama ini menjadi mimpi anaknya.
“Empat belas tahun sudah saat usia putri saya. Tentunya, anak seusianya punya keinginan-keinginan sendiri. Seperti membaur dengan anak-anak yang lainanya,” ucap Harianto.
Ditengah pergulatan hiruk pikuk pemerintahan yang dipenuhi dengan yel-yel kemakmuran. Masih saja, orang-orang seperti Sahfitri terlupakan. Kebutuhan mereka terkesampingkan dan terabaikan.
Tangan-tangan cekatan para pemimpin yang katanya jeli. Nyatanya mereka tidak teliti menanggapi orang-orang seperti Sahfitri. Masih berapa banyak lagi Sayfitri yang ada di negeri ini dan terabaikan, duduk di besi kursiroda terbalut tali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar